Tuesday 18 March 2014

Paradigma Kepemimpinan

  1. Kepemimpinan klasik adalah kepemimpinan yang ditandai oleh sifat dominatif, direktif, otoritatif, dan para pengikut harus patuh/taat melaksanakan perintah pimpinan dan tertutup pertanyaan. Sifat-sifat tersebut ada karena pemimpinlah satu-satunya otoritas yang berhak untuk menginterpretasikan kebenaran yang sah.
    Kerajaan dan negara-negara totalitarian pada umumnya menerapkan paradigma kepemimpinan klasik (Uni Soviet, Jerman/ Hitler, Singapore/Lee Kwan Yew, dsb.). Jadi, pemimpin mendekte pengikut “apa yang harus dilakukan” tanpa konsultasi. 
  2. Kepemimpinan situasional dapat diartikan bahwa keefektifan gaya kepemimpinan tertentu tergantung pada situasi. Jika situasi berubah, gaya kepemimpinan yang digunakan juga harus berubah. Jadi, tidak ada satu gaya kepemimpinan terbaik.
    Situasi adalah lingkungan yang berada disekitar pemimpin, baik  dalam bentuk pisik maupun nirpisik, yang perlu dipertimbangkan sebelum  memilih jenis kepemimpinan tertentu. Situasi yang dimaksud dapat berupa: orang yang dipimpin, jenis pekerjaan, waktu, struktur dan kultur.
    Menurut teori kepemimpinan situasional, perilaku pemimpin yang efektif juga tergantung pada tingkat kesiapan yang dipimpin. Kesiapan yang dimaksud adalah sejauhmana yang dipimpin memiliki kemampuan dan kemauan untuk menyelesaikan suatu tugas.
    Jika kesiapan yang dipimpin meningkat, disarankan kepemimpinan bergerak secara gradual dari direktif (dominatif) ke kocing, ke dukungan, ke partisipasi, ke partisipasi dan akhirnya ke delegasi. 
  3. Kepemimpinan visioner adalah kepemimpinan yang mengandalkan pada visi pemimpin sebagai inspirasi untuk menyetir pengikutnya. Tiga hal yang dilakukan pemimpin visioner: (1) menyadari perlunya perubahan, (2) menciptakan visi baru, (3) melembagakan perubahan. Dalam literatur, paradigma ini sering di-sebut paradigma ideal khususnya untuk melakukan transformasi organisasi. Paradigma visioner mengan-dalkan pemimpin sebagai pahlawan yang mampu menciptakan dan berbagi visi yang memenuhi kebutuhan dan motivasi pengikutnya. Komitmen dan keterlibatan pengikut sangat diperlukan untuk merealisasikan visi. 
  4. Dalam kepemimpinan organik, pemimpin tidak menjadi figur sentral, akan tetapi kelompok secara keseluruhan menjadi kuncinya. Konsensus kelompok yang bisa menentukan siapa yang seharusnya menjadi pemimpin dan berapa lama. Jadi, kepemimpinan tak perlu bersarang pada individu tertentu, meskipun individu tersebut menduduki peran kepemimpinan untuk tujuan tertentu. Kompleksitas masalah yang dihadapi oleh organisasi membuat pemimpin sentral tunggal tidak lagi relevan. Perspektif dan kemampuan majemuk sangat diperlukan untuk memecahkan kompleksitas masalah yang dihadapi oleh suatu institusi/organisasi. 
Tidak ada paradigma yang menawarkan solusi kepemimpinan yang sempurna untuk semua situasi. Masing-masing memiliki keterbatasan yang membuat setiap paradigma tidak selalu sesuai dengan situasi yang dihadapi. Meskipun demikian, paradigma kepemimpinan situasional dan paradigma kepemimpinan visioner paling cocok untuk kepemimpinan sekolah. Struktur, figur, dan kultur masyarakat sangat penting dipertimbangkan dalam memilih paradigma.